Le Rouge et Le Noir (Ch. 16)
Analyse sectorielle : Le Rouge et Le Noir (Ch. 16). Recherche parmi 300 000+ dissertationsPar Msj R • 20 Décembre 2017 • Analyse sectorielle • 1 630 Mots (7 Pages) • 646 Vues
Le Rouge et Le Noir oleh Stendhal
Chapitre16. Une heure du matin
Le Rouge et Le Noir merupakan sebuah novel yang ditulis oleh Marie-Henri Beyle atau yang lebih dikenal dengan nama Stendhal. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1830, yaitu pada masa-masa terakhir Restorasi Bourbon dan pada masa Revolusi Juli yang sekaligus melatarbelakangi pembuatan karya sastra ini. Novel ini terdiri dari dua bagian; buku 1 dan buku 2, pada buku 1 terdapat 30 bab, sedangkan buku 2 terdiri dari 45 bab. Pada kesempatan kali ini, penulis akan melakukan analisis pada salah satu judul dari novel Le Rouge et Le Noir, yaitu Une heure du matin yang termasuk di dalam bagian kedua pada novel ini.
Une heure du matinmenceritakan Julien yang mencoba menyelinap ke kamar Mathilde. Sebelumnya, Julien meyakinkan terlebih dahulu keadaan rumah sudah aman, terutama tidak ada pelayan yang mungkin bisa memergokinya. Ia memeriksa lantai empat di mana para pelayan tinggal, di sana ia melihat mereka sedang bersantai sambil minum koktail. Setelah ia yakin keadaan sudah sepi, ia langsung menuju sisi taman yang gelap. Ada rasa takut yang dirasakan Julien saat melakukan penyelinapan ini, tapi ia tetap memberanikan diri memenuhi permintaan gila kekasihnya, Mathilde. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari, Julien mengambil tangga untuk memanjatkemudian menunggu sekitar lima menit untuk berpikir apakah dia akan membatalkan rencana ini. Setelah lima menit berlalu, ia mulai memanjat secara perlahan, dengan sebuah pistol ditangannya untuk berjaga-jaga jika ada seseorang yang melihat perbuatannya dan menyerangnya. Dan akhirnya, ia berhasil masuk ke kamar Mathilde dan menemui kekasih yang telah menunggu kedatangannya. Awalnya Mathilde menolak usaha Julien untuk mendekatinya. Julien pun masih menaruh curiga bahwa ada orang yang bersembunyi di dalam kamar yang gelap itu dan mengawasi mereka berdua.
Dalam pertemuan ini, setelah Julien dengan penuh resiko mau memenuhi permintaan Mathilde untuk datang ke kamarnya, Mathilde merasa bahwa Julien juga jatuh hati padanya dan ia telah menjadi kekasih Julien. Sedangkan Julien masih ragu akan cintanya kepada Mathilde, sebab ia tidak merasakan kepuasan cinta seperti yang ia dapatkan dari Madame de Rênal, kekasihnya yang dulu. Meskipun begitu, ia tetap merasa senang bisa membuat Mathilde jatuh cinta kepadanya. Satu-satunya kepuasan yang dirasakan Julien saat itu ialah rasa bangga karena bisa memiliki seorang gadis bangsawan sebagai kekasihnya.
Dalam bab ini terdapat dua tokoh utama yaitu Julien Sorel dan Mathilde de La Mole. Julien yang merupakan tokoh utama dalam novel ini adalah anak seorang tukang kayu yang berasal dari sebuah desa bernama Verrières. Ia digambarkan sebagai pemuda yang pintar dan menarik. Ia juga berambisi untuk menaikan status sosialnya menjadi lebih tinggi dengan menggunakan kemunafikan dan berbagai manipulasi. Julien bekerja sebagai sekretaris keluarga bangsawan Marquis de La Mole. Hal ini menjadi kesempatan Julien untuk mendekati putri dari Marquis, Mathilde de La Mole. Mathilde yang merupakan kekasih dari Julien dideskripsikan sebagai gadis kelahiran bangsawan yang cerdas, cantik, angkuh dan sombong. Di samping itu disebutkan pula beberapa tokoh lainnya yaitu Madame de La Mole; ibu dari Mathilde de La Mole, Marquis de Croisenois; mantan kekasih Mathilde de La Mole, dan Madame de Rênal; mantan kekasih Julien Sorel.
Cerita pada bab ini berlangsung pada malam hari; mulai pukul 11 malam (Vers les onze heures la lune se leva, à minuit et demi elle éclairait en plein la façade de l’hôtel donnant sur le jardin), kata la lune pada kalimat ini memperkuat bahwa certa ini terjadi pada malam hari. Pukul 1 dini hari, seperti judul dari bab ini (comme une heure sonna, il y avait encore de la lumière aux fenêtres du comte Norbert), (...et à une heure cinq minutes posa l’échelle contre la fenêtre de Mathilde).
Kisah terjadi di rumah kediaman Marquis de La Mole. Di awali dari lantai empat rumah, di mana Julien hendak memeriksa para pelayan (Il alla observer à pas de loup ce qui se passait dans toute la maison, surtout au quatrième étage habité par les domestiques). Kemudian, Julien pergi ke kebun (Enfin il alla se placer dans un coin obscur du jardin).Setelah itu sampailah ia di jendela kamar Mathilde (...et à une heure cinq minutes posa l’échelle contre la fenêtre de Mathilde. ...Comme il apporochait de la fenêtre, elle s’ouvrit sans bruit:...). Setelah itu, cerita berlangsung di dalam kamar Mathilde (Julien s’assura que la porte était fermée avec tous ses verrous; il pensait bien à regarder sous le lit, mais n’osait pas;...), kata le lit menunjukkan sekali bahwa ia berada di kamar.
Sementara itu, suasana tegang dan takut berkali-kali muncul dalam cerita ini. Terlihatdengan munculnya kata peur pada kalimat ketika Julien akan menyelinap ke kamar Mathilde melalui jendela dengan memanjat sebuah tangga (De sa vie Julien n’avait eu autant de peur, il ne voyait que les dangers de l’entreprise, et n’avait aucun enthousiasme), (Il monta doucement le pistolet à la main, étonné de n’être pas attaqué) kalimat ini juga menunjukkan bahwa Julien diselimuti rasa takut, ia membawa pistol untuk melindungi diri dari orang yang mungkin memergokinya. Selain itu ketegangan juga ditunjukkan oleh kalimat, (Ils restèrent immobiles et sans respirer) ketika Mathilde mendengar suara jendela dibuka. Suasana lain yang diciptakan dalam cerita ini adalah kebingungan atau keraguan. Kebingungan perasaan yang dirasakan kedua tokoh utama, Julien dan Mathilde.
...